Monday, May 3, 2010

PLEZIER GEDONG MERDEKA

Itu dia nama acara yang saia ikuti hari Minggu, 18 April 2010 kemaren. Plezier Gedong Merdeka sendiri dibuat oleh Mooibandoeng, Plezier Compagnie dan anak Aleut sebagai pemandunya. Tapi maap, saia lupa apa kepanjangan dan makna dari 2 nama yang saia sebut tadi. Hehe.

Acara dimulai jam 9 dengan melakukan heregister sebelumnya di jam 8. Untuk pendaftaran sendiri, saia lupa dibuka mulai kapan, karena saia sendiri di daftarin ama teman saia (Della, red) dengan membayar IDR 35000, termasuk breakfast, pin dan sertifikat. Saia pergi bareng teman saia (Della, Imaey dan Shelly, red) plus beberapa senior yang sebenarnya kita gak janjian, tapi ternyata ada di kelompok yang sama (kelompok 9, red) dan teman-teman dari Talkom Family (Poltek Telkom, red). Karena banyaknya tempat ya

ng kita datangi, tulisan ini akan di bagi menjadi beberapa bagian. Okok..

And the story begin…

Dimulai dari gedung New Majestic. Gedung ini dibangun oleh Schumacer (bukan Schumacer pembalap itu) yang berfungsi sebagai bioskop. Tapi, yang bisa nonton disini hanya orang-orang jetset nya Belanda. Untuk kelasnya sendiri, ada 3. Yaitu kelas 1 yang ada di depan panggung, kelas 2 ada di tengah dan kelas 3 yang ada di balcon (atas, red) yang dilengkapi dengan meja dan fasilitas lainnya yang jelas beda dengan kelas-kelas lainnya. Majestic sendiri artinya dewa waktu. Dulu, di depan gedung Majestic ada tulisan “orang pribumi dan anjing dilarang masuk” dalam bahasa Belanda yang artinya menyamakan rakyat pribumi dengan anjing. Ck ck ck ck… sekarang, New majestic digunakan sebagai café dan tempat untuk meeting, wedding atau pagelara.

My comment : tampat ini bagus. Sayang, untuk penggunaannya digunakan tarif yang mahal banget. Selain itu, sebenarnya kalo diterusin sebagai bioskop, bakalan jadi bioskop yang keren banget.

bagian depan

mejeng di dalem bareng teman saia




Next, kite pergi k e titik “0 KM” nya Kota Bandung. Letaknya gak jauh dari Gedung New Majestik dan tepat berhadapan dengan Gedung Kantor Keuangan Kota Bandung. Sebenarnya, titik nol KM itu adalah bekas dari tempat ditancapnya tongak Mr Deandels. Jadi ceritanya, waktu Adipati Wiranatakusumah II lagi meresmikan sesuatu (saia lupa, L) Mr Deandels jalan ke daerah itu (dulu namanya Rode Postweght) dan melihat daerah sekitar, dia ngomong “ Coba usahakan, bila aku datang kembali, di tempat ini telah dibangu sebuah kota “(dalam bahasanya). di titik “0 KM” itu sendiri ada sebuah kereta api, yang katanya asli dari tahun 1900-an.

tugu yang jadi tanda 0 KM nya Bandung


prasasti


kereta api deket tugu 0 Km. asli dari sejak tahun pembuatannya (saia lupa tanggalnya)
ini dia pemandu kita.
namanya Teh Shelly dan Kang Unag (terima kasih kang teh ^^)


Selanjutnya kita jalan ke Hotel Preanger. Hotel ini adalah hotel yang digunakan oleh para peserta Konferensi Asia Afrika (KAA, red). Awalnya, pada tahun 1825 Preanger masih merupakan rumah-rumah kecil yang disewakan. Kemudian berikutnya berganti nama menjadi Hotel Tiyem (atau Tiyen?) dan tahun 1898 berganti lagi menjadi Preanger. Preanger sendiri berasal dari kata Priangan. 1928 dilakukan pemugaran terhadap gedungnya menjadi lebih modern dengan Schumacer (lagi) sebagai arsiteknya dan Ir. Soekarno membantu proses penggambaran. Pada sebelah kiri bagian depan hotel, terdapat lampu berbentuk persegi yang berasal dari zaman dulu dan disebut lampu gas, karena memakai gas sebagai bahan bakarnya (zaman itu belum ada listrik, red). Dari Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka, para peserta KAA berjalan dan dikenal dengan nama Bandung Historical Walk.






Tujuan berikutnya dalah Hotel Savoy Homann. Dinamakan demikian, karena pemilik awalnya bernama Albert Homann. Tahun 1870 Hotel Savoy Homann masih berupa rumah panggung lalu direnovasi pada tahun 1890 oleh Gothic dan tahun 1937 dilakukan lagi renovasi oleh Aalbers menjadi bentuk yang kita lihat sekarang. Hotel Savoy Homaan merupakan hotel yang sangat terkenal. Charlie Caplin adalah salah satu artis yang sering nginap disana. Dan yang paling gres, adalah Christian Bautista yang kebetulan saia juga melihatnya.



Di sebelah Hotel Savoy Homann, ada banguna tinggi. Namanya Toko De Vries. Toko serba ada yang pertama ada di Bandung dan merupakan konsep awal mall yang ada di Bandung. O iya, dan toko pertama pada zamannya yang memiliki toilet di dalam toko. Dari Toko De Vries ini dapat dilihat bahwa bangunan zaman dulu, khususnya yang berada di persimpangan, pasti punya monument. Di depan toko ini, juga ada sebuah banguna tua (saia lupa namanya) yang pada tahun 1902 di pakai oleh H Dunlop (yang punya merk ban Dunlop itu loh!).

Toko De Vries


to be continued....

No comments:

Post a Comment